
MAKALAH
MEKANISME PELARIAN DIRI
DAN DINAMIKA PSIKOLOGIS
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Kelompok
Mata Kuliah APTL (Analisis Pemahaman Tingkah Laku)
Dosen
Pengampu Ibu Ervina P., M. Pd
Disusun
Oleh Kelompok 1 (4B BK):
1.
Dwi Meliana Sari (2010-31-084)
2.
Arini Fadhilah (2010-31-092)
3.
Azkia Izzuddin
Noor (2010-31-097)
4.
Zaenuddin (2010-31-130)
![]() |
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS
MURIA KUDUS
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Mekanisme Pelarian Diri dan Dinamika
Psikologi” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Analisis Pemahaman Tingkah
Laku (APTL).
Makalah
ini berisikan tentang mekanisme pelarian diri serta pembagiannya. Selain itu
juga membahas tentang dinamika psikologis dan cakupannya.
Selesainya
penyusunan makalah ini berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak yang
berperan serta dari awal sampai akhir. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis sampaikan terima kasih kepada:
1.
Ibu Ervina P., M. Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Analisis Pemahaman Tingkah
Laku (APTL).
2.
Teman-teman dari satu kelompok yaitu
kelompok 1 yang telah bekerja sama dalam penyusunan
makalah ini.
Dalam
Laporan ini penulis mengakui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan ini.
Akhir
kata, Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kudus,
3 Maret 2012
Kelompok
1
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................................................
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1.Latar
Belakang.....................................................................................................................
1.2.Rumusan
Masalah................................................................................................................
1.3.Tujuan...................................................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN..........................................................................................................
2.1.Mekanisme
Pelarian Diri................................................................................................
2.2.Dinamika
Psikologis.......................................................................................................
2.2.1. Dinamika
Kepribadian.............................................................................................
2.2.2. Dinamika
Kelompok................................................................................................
BAB
III PENUTUP..................................................................................................................
3.1.
Kesimpulan..........................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Mekanisme
pelarian diri dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk keluar yang berbentuk positif dan negatif, yang
berbentuk frustasi negatif adalah
yang sangat tidak menguntungkan bagi diri sendiri, dan merugikan bagi orang-orang lain,
yang positif juga sebaliknya. Setiap masalah pasti ada jalan keluar, selagi
kita yakin dan percaya bahwa masalah tersebut dapat dihadapi. Banyak orang tidak
mampu menghadapi masalah bahkan nyaris frustasi. Frustasi, inilah yang sering
terjadi pada seseorang yang terkena masalah. Tapi jalan keluar dari hal
tersebut ( frustasi ) orang selalu melampiaskan kepada hal yang negatif.
Padahal suatu kebenaran menyatakan "Tuhan tidak pernah mencoba hambanya
sampai melebihi kemampuannya”. Maka dari itu tidak perlu takut ketika
menghadapi masalah, hadapilah dengan lapang sabar dan jangan pernah menyerah.
Setiap
masalah pasti ada jalan keluar, selagi kita yakin dan percaya bahwa masalah
tersebut dapat dihadapi. Banyak orang tidak mampu menghadapi masalah bahkan
nyaris frustasi, dikarenakan iman yang dimiliki boleh dikatakan tingkat rendah.
Tidak adanya keyakinan dalam diri ketika menghadapi masalah, merasa masalah yang
dihadapi sangat besar, kurangnya keterbukaan terhadap orang lain "hanya
menyimpan masalah dalam diri tanpa memberitahukan kepada orang lain bahkan
nyaris enggan meminta solusi terhadap orang lain", nilai-nilai agama dalam
diri yang sedikit bahkan nyaris tidak ada, sulit menerima masukan orang lain,
kurangnya kontak komunikasi dengan Tuhan bahkan nyaris tidak ada hubungan intim
dengan Tuhan (seperti melalui doa), kurangnya kedekatan dengan orang-orang
disekeliling "terutama keluarga", faktor ekonomi, faktor
sosial, dan faktor lainnya, ini dapat menyebabkan seseorang menjadi pribadi
yang lemah akan iman bahkan nyaris cenderung menjadi pribadi yang frustasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah mekanime pelarian diri
itu?
2.
Apakah dinamika
psikologis
itu?
3.
Bagaimanakah
pembagian dinamika psikologis?
1.3. Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimanakah mekanime
pelarian diri itu.
2. Untuk
mengetahui apakah dinamika psikologis itu
3. Untuk
mengetahui pembagian dinamika psikologis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Mekanime
Pelarian Diri (Escape Mechanism)
Bentuk-bentuk reaksi
frustasi ada yang berbentuk positif dan negatif, bentuk frustasi negatif adalah
yang sangat tidak menguntungkan bagi pribadi yang mengalami frustasi, dan
merugikan bagi orang-orang lain.
Frustasi itu sendiri selalu
mengandung dimensi ketegangan. Dan usaha
menyelesaikan/mengatasi frustasi itu selalu berupa: usaha meredusir atau
mengurangi ketegangan-ketegangan tadi.
Bentuk-bentuk penyelesaian
yang tidak riil, negative sifatnya dan tidak menguntungkan dengan cara
melarikan diri dari setiap kesulitan yang dihadapi itu dikenal pula dengan
istilah ESCAPE MECHANISM atau DEFENCE MECHANISM. Disebut sebagai defence
mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena individu yang bersangkutan mencoba
membela diri dari kelemahan dan kekerdilan sendiri dengan mengemukakan
bermacam-macam dalih atau alasan. Bentuk-bentuk mekanisme pembelaan diri yang
negative ini antara lain berupa:
1. Agresi
Ialah
kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan secara kasar dengan jalan
yang tidak wajar. Sebagai contoh ialah tingkah laku yang suka mentiranisir
orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadistis.
2. Regresi
Ialah
kembali pada pola reaksi yang primitive yang tidak adekwat. Poal reaksinya
anatar lain berupa: menjerit-jerit, menangis, meraung-raung,
membanting-bantingkan kaki, mengisap ibu jari, ngompol, berbicara gagap,
merusak barang-baranag yang ada didekatnya karena maksudnya dihalangi atau
menggunakan pola tingkah laku yang histeris lainnya.
3. Fixatie (Fixation)
Fiksasi
= pelekatan, pembatasan pada satu pola tingkah laku responsif yang tetap
Misalnya
mereka selalu mempergunakan pola kejengkelan, berdiri kaku, membisu,
memukul-mukul dada sendiri, minggat dari rumah, membentur-benturkan kepala,
mengedor-gedorkan meja, membanting piring dan lain-lain.
4. Pendesakan dan kompleks-kompleks terdesak
Pendesakan
adalah berusaha menghilangkan dan menekan kebutuhan manusiawi biasnya dengan
akibat yang tidak menguntungkan juga menekankan fikiran-fikran yang jahat, nafsu-nafsu
hewani, perasaan-perasaanyang negative, dan harapan-harapan yang buruk.
Manusia
itu tidak bisa membiarkan tanpa kendali nafsu-nafsunya, dorongan-dorongan,
Iustprincipe (prinsip menyenagkan diri sendiri) dan das Es-nya (Freud) krena
adanya larangan-larangan agama, kebudayaan dan adat istiidat yang memaksa,
norma-norma dan hukum-hukum pelarangan tertentu dan harus ditaati oleh setiap
orang.
5.
Rasionalisasi
san Self-Justication (Pembenaran Diri)
Rasionalitas
ialah cara untuk menolong diri sendiri secara tidak wajar, atau teknik
pembenaran diri dengan membuat sesutau yang tidak menyenangkan menjadi yang
menyenangkan atau memuaskan.
Misalnya
seseorang yang gagal melakukan tugasnya akan berkata : “Tugas itu terlalu berat
bagi diri saya yang masih amat muda ini”.
6.
Proyeksi
Ialah
usaha melemparkan atau memproyeksikan fikiran dan harapan yang negatif, juga
kelemahan dan sikap sendiri yang keliru, pada orang lain.
Sebagai
contoh seseorang sangat iri hati terhadap kekayaan dan sukses tetangganya. Tapi
pada setiap orang ia selalu berkata, bahwa tetangganya yang buruk hati, selalu
cemburu dan iri hati pada dirinya.
7.
Sour Crape
Tehnique (teknik anggur asam)
Merupakan
usaha member atribut yang jelek atau negative pada objek yang tidak bisa
dicapainya, sungguh pun objek tadi sangat diinginkannya.
8.
Sweet Orange
Tehnique (Teknik Jeruk Manis)
Yaitu
usaha memberikan atribut yang bagus unggul dan berlebih-lebihan pada satu
kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
Seorang
yang gagal total dalam karir politik dan herus mengundurkan diri, memberikan
alasan sebagai berikut: “inilah taktik diplomasi bertaraf tinggi: yaitu mundur
untuk merebut kemenangan”.
Seorang
yang bertabiat kasar dan kurang ajar, menyebut tingkah lakunya sebagai satu
”keterampilan”. Hidung yang melengkung buruk, disebutnya sebagai hidung garuda
atau hidung bangsawan. Seorang yang memiliki intelegensi yang rendah akan
berkata: “saya memiliki kecakapan praktis”.
9.
Identifikasi
Merupakan
usaha mempersamakan diri sendiri dengan seseorang yang dianggap sukses dalam
hidupnya.
Misalnya
seorang pahlawan perang, atau seorang peofesor yang cemerlang. Bertujuan untuk
memberikan kepuasan semu pada diri sendiri, dan didorong oleh ambisi untuk
meningkatkan harga diri.
10.
Narsisme
Adalah
paham yang menganggap diri sendiri sangat superior dan amt penting; ada
exstreem self-inportancy. Jadi, menganggap diri sendiri sebagai paling pandai,
paling ayu, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus dan paling segalanya.
11.
Autisme
Adalah
gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubunganlagi dengan
dunia luar. Sebab dunia luar dinilainya kotor, dan jaha, penuh kepalsuan; lagi
pula mengandung banyak bahaya yang mengerikan.
Sedangkan bentuk-bentuk pelarian
diri yang positif adalah sebagai berikut:
1.
Mobilitas dan Penambahan Aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam
usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energi,
potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua
kesulitan. Dengan demikian, akan menjadi stimulus untuk memobilisir energy dan
tenaga sampai mampu menghadapi setiap rintangan.
2.
Besinnung(berfikir
secara mendalam disertai dengan wawasan jernih)
Setiap frustasi memang memberikan
masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan
mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar
dapat mencari alternative penyelesaian lain.
3.
Regignation(tawakal,
pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi atau kesulitan yang
dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap yang ilmiah.
4.
Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa hilang dengan
sendirinya karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai
lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5.
Kompensasi atau subsitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk
mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang
di bidang lainnya.
6.
Sublimasi
Sublimasi yaitu usaha untuk
mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan
biologis primitive dan aspirasi social yang tidak sehat dalam bentuk tingkah
laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
2.2.Dinamika
Psikologis
Dinamika
Psikologi merupakan pusat pelayanan konsultasi, terapi dan tes psikologi
terpadu untuk anak-anak, remaja, dewasa dan keluarga serta perusahaan.
Dinamika mengandung arti bahwa setiap manusia memiliki kehidupan yang
dinamis, selalu berubah dan berkembang setiap saat. Dinamika Psikologi membantu
orang-orang yang membutuhkan bantuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya sehingga ia dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
Visi Dinamika Psikologi : Menjadi pusat
pelayanan psikologi terpadu yang profesional bagi Masyarakat
Misi Dinamika Psikologi :
1.
Memberikan penanganan terpadu
untuk anak berkebutuhan khusus agar dapat mengoptimalkan kualitas hidupnya.
2.
Memberikan konsultasi terpadu
untuk anak, remaja dan dewasa agar dapat menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya.
3. Memberikan layanan psikologi untuk organisasi agar dapat mengoptimalkan
produktivitas kerja dengan pemilihan sumber daya manusia yang tepat guna.
Subjek memiliki kapasitas dan efisiensi
intelektual yang tinggi. Hal tersebut ditandai dengan kemampuan differensiasi
dan organisasi yang baik, serta memiliki fungsi imajinasi, fantasi,
kreativitas, kesadaran akan nilai-nilai, dan kemampuan empatik yang sangat
baik. Kemudian didukung dengan pendekatan yang fleksibel dan latar belakang
interpretasi yang luas, sehingga memungkinkan tercapainya taraf efisiensi
fungsi intelektual yang tinggi. Namun, penggunaan kemampuan intelektualnya
belum maksimal.
Subjek
memliki kemampuan yang baik dalam berpikir abstrak teoretis dan juga memiliki
integrasi yang baik, sehingga mampu dengan baik menghubungkan hal-hal yang
abstrak dan yang teoretis. Subjek kadang tidak memperhatikan hal-hal yang
menurutnya tidak cocok dengan keseluruhan konsepnya. Hal tersebut menandakan
subjek berpegang teguh pada hal-hal yang sudah jelas dan praktis saja. Subjek
mampu melihat suatu masalah melalui sudut pandang yang berbeda dan fleksibel,
sehingga tidak hanya memperhatikan hal-hal umum tetapi juga hal-hal lain yang
tidak biasa. Namun, hal tersebut hanya dilakukan untuk memperkaya pengetahuan,
bukan untuk dijadikan pegangan.
Subjek
termasuk tipe orang yang sangat mengembangkan fungsi imajinalnya, baik dalam
arti fantasi, long-range goals, atau
kesadaran akan impuls-impuls yang ada, sementara dia menjadi kurang responsif
dan kurang terlibat dengan dunia luar. Selain itu, subjek juga masih memiliki
potensi untuk berkembang menjadi pribadi yang introvert. Dengan demikian, maka
subjek akan cenderung mengamati segala hal melalui sudut pandang sesuai dengan
keinginannya dan kebutuhannya, sehingga kecenderungan untuk bersikap subjektif
cukup tinggi.
Subjek
menyadari sejauh mana kemampuannya, sehingga selalu menetapkan target sesuai
dengan ukuran kemampuannya dan menggunakan potensi-potensi yang dimiliki untuk
mencapai target tersebut.
Subjek
tergolong pribadi yang impulsif, sehingga seringkali lebih mementingkan
pemuasan kebutuhan secara cepat daripada target jangka panjang. Namun, Subjek
memiliki integrasi nilai-nilai yang baik sehingga mampu mengontrol diri untuk
tetap stabil dan peka terhadap situasi.
Subjek
memiliki kebutuhan afeksi namun kebutuhan tersebut ditekan, disangkal, atau
tidak disadari oleh Subjek sehingga Subjek sendiri kurang terlibat dalam
hubungan interpersonal dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian Subjek
terlihat tertutup dan sangat berhati-hati dalam hubungan sosial. Hal tersebut
kemungkinan besar disebabkan oleh pengalaman traumatis yang pernah dialami
Subjek.
Subjek
tidak mengalami gangguan emosional yang berarti. Subjek tetap responsif
terhadap impuls emosional dari lingkungan sekitarnya, hanya saja Subjek memilih
untuk tidak menunjukkannya dan tetap membatasi diri untuk tidak terlibat lebih
jauh dengan situasi emosional di sekitarnya. Dengan demikian Subjek selalu
tampak netral dan cenderung dingin dalam segala situasi.
Subjek
memiliki kontrol diri yang baik dalam menghadapi impact emosional dengan cara menahan diri atau menunda respon untuk
impact tersebut. Inner control tersebut dilakukan Subjek dengan mengerahkan inner resources-nya untuk menahan diri
supaya tidak terbawa situasi.
Subjek
tetap memiliki socially skilled
expression, hanya saja Subjek memilih untuk seminimal mungkin terlibat
secara riil. Subjek sangat jarang mengekspresikan emosinya dan cenderung
menjaga jarak. Hal tersebut sengaja dilakukan untuk membatasi diri dan
mengontrol situasi sekitar.
Secara
keseluruhan, Subjek memiliki kontrol diri yang memadai, baik dari dalam maupun
dari luar. Pembatasan yang dilakukan Subjek membantunya dalam proses
penyesuaian diri, yang memungkinkan Subjek bertindak secara impersonal dan
efektif dalam situasi-situasi rutin. Dengan demikian stabilitas diri dapat
terjaga.
Subjek
tidak memiliki gangguan kecemasan dan berada pada taraf secure sehingga mampu menyesuaikan diri dengan baik. Selain itu,
Subjek memiliki pendekatan yang fleksibel, luasnya latar belakang interest, dan kematangan diri juga
mendukung kemampuan penyesuaian diri yang baik.
Subjek
memiliki imajinasi yang aktif yang merupakan bentuk potensi kreatif dalam
dirinya. Potensi kreativitas tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan di
berbagai kesempatan, baik untuk menyelesaikan masalah/konflik maupun untuk pembinaan
hubungan sosial yang baik dengan orang-orang di sekitarnya.
2.3. Pembagian
Dinamika Psikologi
2.2.1. Dinamika
Kepribadian
Dollard
dan Miller sangat eksplisit dalam mendefinisikan sifat motifasi, dan mereka
menguraikan secara rinci perkembangan dan perluasan motif-motif, akan tetapi
mereka tidak tertarik pada taksonomi dan klasifikasi. Malahan mereka telah
berfokus pada motif-motif penting tertentu, seperti kecemasan. Dalam analisis
mereka mengenai motif-motif ini, mereka berusaha menjelaskan proses umum yang
berlaku untuk semua motif. (calvin & Gardner, 1993:221)
Pengaruh
dorongan-dorongan pada subyek manusia dibuat rumit oleh munculnya sejumlah
besar dorongan baru hasil penurunan ataupun pemerolehan. Selama proses
pertumbuhan, masing-masing individu mengembangkan sejumlah besar dorongan
sekunder yang tugasnya membangkitkan tingkah laku. “dorongan-dorongan yang
dipelajari ini diperoleh dari dorogan-dorongan primer, merupakan perluasan
dorongan-dorongan tersebut, dan merupakan bentuk atau rupa luar dibalik mana
tersembunyi fungsi-fungsi dorongan-dorongan bawaan yang mendasarinya”.(1950,
hlm. 31-32).
Dalam
masyarakat modern, stimulasi dorongan sekunder umumnya telah menggantikan
fungsi asli stimulasi dorongan primer. Dorongan-dorongan yang diperoleh,
seperti kecemasan, rasa malu, dan keinginan untuk menyenangkan orang lain,
mendorong sebagian terbesar perbuatan kita. Implikasinya, peranan
dorongan-dorongan primer dalam kebanyakan hal tidak lagi bisa di observasi
dalam situasi biasa pada seorang dewasa yang memasyarakat. Hanya dalam proses
perkembangan, atau pada masa-masa krisis (gagal mengikuti cara-cara adaptasi
yang ditentukan oleh kebudayaan) orang dapat mengamati dengan jelas bekerjanya
dorongan-dorongan primer tersebut.
Kiranya
juga jelas bahwa kebanyakan perkuatan dalam kehidupan sehari-hari subyek
manusia tidak berupa hadiah-hadiah primer, melainkan berupa peristiwa-peristiwa
yang mulanya netral namun kemudian memiliki nilai hadiah karena terus-menerus
dialami bersamaan dengan kekuatan primer. Senyuman seorang ibu, misalnya,
menjadi suatu hadiah yang diperoleh atau hadiah
sekunder yang sangat berpengaruh bagi bayi karena terus-menerus yang
diasosiasikan dengan pemberian makan, popok, dan bentuk-bentuk tindakan
pemeliharaan lain yang sifatnya mendatangkan rasa nikmat atau menghilangkan
ketaknyamanan fisik. Hadiah-hadih sekunder sering dengan sendirinya mampu
memperkuat tingkah laku. Akan tetapi kapsitasnya untuk memperkuat bukan tak
terbatas, kecuali jika hadiah-hadiah sekunder tersebut kadang-kadang tetap
tejadi bersamaan dengan perbuatan primer. Pertanyaan tentang proses terjadinya
perubahan-perubahan ini mengantar kita pada persoalan yang lebih luas tentang
perkembangan kepribadian. (calvin & Gardner, 1993:222)
2.2.2. Dinamika
Kelompok
2.2.2.1.Definisi
Dinamika Kelompok
Pengertian dinamika
kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok.
Dinamika adalah
sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti
adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok
secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok,
semangat kelompok (group spirit)
terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut
bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Sedangkan kelompok
adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan
interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott
mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang
lain. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu
unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat
dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja
sama apabila masing-masing anggota kelompok :
v Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok
tersebut.
v Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya.
v Adanya saling menghargai pendapat anggota lain.
v Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di
antara anggota kelompok.
Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut:
v Terdiri dari dua orang atau lebih.
v Berinteraksi satu sama lain.
v Saling membagi beberapa tujuan yang sama.
v
Melihat
dirinya sebagai suatu kelompok.
Kesimpulan
dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak
terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Jadi dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara
anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami
secara bersama. Dinamika kelompok juga
dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang
selalu berubah-ubah.
2.2.2.2. Ciri-ciri Kelompok
Soetarno (1994:31-34) dalam buku
Psikologi Sosial mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli
psikologi sosial yang menunjukkan bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-ciri
tertentu, yaitu:
1. Adanya
motif yang sama
Kelompok sosial
terbentuk karena anggota-anggotanya memepunyai motif yang sama. Motif yang sama
ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota kelompok tidak bekerja
sendiri-sendiri.
2. Adanya
sikap In-Group dan Out Group
Sikap menolak ytang
ditunjukkan oleh kelompok disebut sikap Out Group atau sikap terhadap “orang
tua”. Kelompok manusia itu menunjukkan orang luar untuk membuktikan
kesediaannya berkorban bersama dan kesetiakawanannya, baru kemudian menerima
orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu disebut In Group
atau sikap terhadap “orang dalam”.
3. Adanya
Solidaritas
Solidaritas adalah
kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Terdapatnya solidaritas yang
tinggi didalam kelompok tergantung kepada kepercayaan setiap anggota akan
kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
4. Adanya
Struktur Kelompok
Struktur Kelompok
adalah suatu sistem mengenai relasi antara anggota-anggota kelompok berdasarkan
peranan dan status mereka serta sumbangan masing-masing dalam interaksi
kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Didalam struktur
kelompok kita jumpai:
a. Susunan
kedudukan fungsional: susunan berdasarkan tugas anggota-anggota kelompok dalam
kerjasama mencapai tujuan.
b. Susunan
hiwrarkis antara anggota kelompok dengan harapan tugas dan kewajiban yang
diserahkan kepada anggota-anggota itu dapat diselesaikan dengan wajar.
5. Adanya
Norma Kelompok
Norma-norma kelompok
disini adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu
kelompok.
Pada kelompok resmi,
norma tingkah laku ini biasanya sudah tercantum dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga (AD/ART) bahkan norma tingkah laku anggota masyarakat
suatu negara telah tertulis dalam undang-undang.
Untuk bisa mengetahui
norma kelompok yang tidak tertulis, Sherif menggambarkan tiga cara yaitu:
a. Dengan
mengamati tingkah laku yang sama pada setip individu anggota kelompok.
b. Dengan
eksperimen atau percobaan lalu menarik kesimpulan
c. Dengan
mengamati sistem penghargaan dan sanksi.
2.2.2.3. Fungsi
dan Tujuan Dinamika Kelompok
Fungsi dari
dinamika kelompok itu antara lain:
1.
Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan
hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain.)
2.
Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak
pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
3.
Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi
beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan
efesian. (pekerjaan besar
dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan
masyarakat
(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat). (Hidayat, 2004)
(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat). (Hidayat, 2004)
Dinamika kelompok
mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1)
7Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok
terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling
menghargai.
2)
Menimbulkan
rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling
menghargai pendapat orang lain.
3)
Menciptakan
komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.
4)
Menimbulkan
adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.
Proses dinamika
kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok
dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada
dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan
berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es
yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice
breaking”. Setelah saling
mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai
memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap
dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam
setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota
kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut
”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai
kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat proses dinamika
kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:
![]() |
Alasan pentingnya dinamika kelompok:
·
Individu
tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat.
·
Individu
tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
·
Dalam
masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat
terlaksana dengan baik.
·
Masyarakat
yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan
efektif.
2.2.2.4. Unsur-Unsur
Dinamika Kelompok
·
Tujuan
kelompok
Tujuan
kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan-tujuan
individual dan tujuan-tujuan semua
anggota kelompok (Carolina Nitimiharjo dan Jusman Iskandar;1993:43).
Selanjutnya
Johnson dan Johnson menjelaskan bahwa
suatu tujuan kelompok yang efektif harus memiliki aspek-aspek sebagai berikut :
a. Tujuan
tersebut dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur, dan diamati.
b. Tujuan
tersebut mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistic, dapat
diterima, dan dapat dicapai.
c. Anggota-anggota
kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
d. Adanya
keseimbangan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas dalam mencapai tujuan individu
dan tujuan kelompok.
e. Terjadinya
konflk yang berkaitan dengan tujuan dan tugas-tugas kelompok dapat diselesaikan
dengan baik.
f. Tujuan
tersebut bersifat menarik dan menantang serta mempunyai risiko kegagalan yang
kecil dalam mencapainya.
g. Tercapainya
tingkat koordinasi di antara anggota-anggota.
h. Tersedianya
sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas dan tujuan-tujuan
kelompok.
i.
Adanya kemudahan untuk
menjelaskan dan mengubah
tujuan
kelompok.
j.
Berapa lama waktu yang
diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok (Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar,1993:43-44).
·
Kekompakan
kelompok
Cartwright
dan Zander merumuskan pengertian kekompakan kelompok sebagai hasil dari semua
tindakan yang memperkuat anggota kelompok untuk tetap tinggal (berada) dalam
kelompok.
Sementara
itu, Ivancevich menjelaskan enam factor yang dapat meningkatkan kekompakan
kelompok, yaitu :
a. Kesepakatan
anggota terhadap tujuan kelompok.
b. Tingkat
keseringan berinteraksi,
c. Adanya
keterkaitan pribadi,
d. Adanya
persaingan antar kelompok,
e. Adanya
evaluasi yang menyenangkan, dan
f. Adanya
perlakuan antar anggota dalam kelompok sebagai manusia bukan sebagai mesin.
(Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar,1993:50)
·
Struktur
kelompok
Shaw,
mengemukakan bahwa struktur kelompok adalah pola-pola hubungan diantara
berbagai posisi dalam suatu susunan kelompok. Menurut Cartwright dan Zander, faktor-faktor yang
menentukan struktur suatu kelompok dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori
besar, yaitu:
a. Keperluan-keperluan
untuk efisiensi pekerjaan kelompok.
b. Kemampuan-kemampuan
dan motivasi para anggota kelompok.
c. Lingkungan
social dan fisik suatu kelompok.
·
Fungsi
tugas kelompok
Cartwright dan Zander (1968)
mengklasifikasi fungsi tugas kelompok ke dalam enam hal, yaitu :
a. Koordinasi,
berfungsi sebagai koordinasi untuk menjebatani kesenjangan antara anggota.
b. Informasi,
berfungsi memberikan informasi kepada masing-masing anggota.
c. Prakarsa,
berfungsi menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa anggota.
d. Penyebaran,
berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan kelompok kepada masyarakat atau
lingkungannya.
e. Kepuasan,
berfungsi untuk memberikan kepuasaan kepada anggota.
f. Kejelasan,
berfungsi menciptakan kejelasan kepada anggota, seperti tujuan dan
kebutuhan-kebutuhan anggota.
·
Pengembangan
dan pemeliharaan kelompok
Pengembangan
dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan “apa yang harus ada” dalam
kelompok. Segala” apa yang harus ada” dalam kelompok, antara lain :
a. Pembagian
tugas yang jelas.
b. Kegiatan
yang terus-menerus dan teratur.
c. Ketersediaan
fasilitas yang mendukung dan memadai.
d. Peningkatan
partisipasi anggota kelompok.
e. Adanya
jalinan komunikasi antar anggota kelompok.
f. Adanya
pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok.
g. Timbulnya
norma-norma kelompok.
h. Adanya
proses sosialisasi kelompok.
i.
Kegiatan untuk menambah anggota baru dan
mempertahankan anggota yang lama.
·
Suasana
Kelompok
Suasana
kelompok adalah suasana yang terdapat dalam suatu kelompok, sebagai hasil dari
berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau hubungan antar anggota
kelompok. Dengan demikian, suasana atau iklim kelompok mengacu pada ciri-ciri
khas interaksi anggota dalam kelompok.
Barnlund
dan Haiman, yang dikutip Goldberg dan Larson mengatakan bahwa suasana/iklim
dalam suatu kelompok mencerminkan sistem
norma kelompok tersebut. Mereka juga mengungkapkan bahwa beberapa kelompok,
mungkin mempunyai iklim kelompok yang sangat kooperatif, sedangkan kelompok
lain mungkin sangat kompetitif.
·
Efektivitas
kelompok
Kelompok yang efektif mempunyai tiga
aktivitas dasar, yaitu :
a. Aktivitas
pencapaian tujuan,
b. Aktivitas
memelihara kelompok secara internal,
c. Aktivitas
mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan keefektifan kelompok (Carolina Nitimihardjo
dan Jusman Iskandar, 1993:3).
Interaksi
anggota kelompok yang memperlihatkan aktivitas dengan mengintegrasikan ketiga
macam aktivitas dasar tersebut adalah mencerminkan bahwa kelompok tersebut
dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berhasil atau efektif.
Sedangkan menurut Crech dan Crutchfield,
kelompok menjadi efektif apabila
:
a) Merupakan
suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berkawan, dukungan,
dan cinta kasih.
b) Merupakan
suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan rasa harga diri dan
identitasnya.
c) Merupakan
sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan social.
d) Merupakan
sarana memperkuat perasaan aman tentram dan kekuasaan atas kemampuan dalam
menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama.
e) Merupaka
sarana dimana suatu tugas kerja dapat
diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas
pemberian informasi, membantu teman yang sakit atau yang lainnya (Santosa,
1992:55).
·
Tekanan
kelompok
Tekanan kelompok (group
pressure) merupakan tekanan atau desakan yang berasal dari kelompok itu
sendiri. Kemudian pressure group mengacu pada tekanan atau desakan yang
berasal dari luar kelompok atau adanya kelompok tandingan berupa
desakan-desakan kelompok lain terhadap suatu kelompok.
·
Maksud
terselubung
Maksud terselubung (hidden agendas)
adalah suatu
tujuan anggota kelompok yang terselubung atau ditutup-tutupi atau sengaja tidak
diberitahukan kepada anggota-anggota kelompok lainnya, dalam melakukan suatu
aktivitas tertentu dalam kelompok, karena tujuan sebenarnya dari anggota
kelompok tersebut berlawanan dan bertentangan dengan tujuan kelompok yang telah
disepakati bersama.
·
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Mekanisme
pelarian diri diakibatkan dari frustasi
itu sendiri selalu mengandung dimensi ketegangan. Dan usaha menyelesaikan/mengatasi frustasi
itu selalu berupa: usaha meredusir atau mengurangi ketegangan-ketegangan tadi.
Mekanisme pelarian diri dibagi menjadi dua, yaitu negatif dan positif.
Dinamika
psikologis adalah pusat
pelayanan konsultasi, terapi dan tes psikologi terpadu untuk anak-anak, remaja,
dewasa dan keluarga serta perusahaan. Dan dinamika psikologis mencakup dinamika
kelompok serta dinamika kepribadian.
3.2.
Saran
Di
dalam analisis pemahaman tingkah laku, peran konselor dalam mekanisme pelarian
diri dan dinamika psikologis, seyogyanya konselor memahami mekanisme pelarian
diri dan dinamika psikologis sehingga konselor tersebut bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapi konseli tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hall,
Calvin S. dan Gardner Lindzey.1993.Teori-Teori
Sifat dan Behavioristik.Yogyakarta:IKAPI
Huraerah,
Abu.2006.Dinamika Kelompok Konsep dan
Aplikasi.Bandung:PT Refika Aditama.
Kartono,
Kartini.1983.Mental Hygiene (Kesehatan
Mental).Bandung:Alumni/1983.
http://dinamikapsikologi.com/?page_id=224/
diunduh Tanggal 3 Maret 2012